Twitter Facebook Feed

Latihan 1 : Terapi untuk Kekuatan Otot Leher

Ada teman yang penasaran, terapi bagaimanakah yang diberikan kepada anak saya?  Untuk menjawabnya saya harus menoleh ke belakang, 13 tahun yang lampau, masa di mana sesuatunya bermula.  Saya menyadari bahwa mungkin karena terlalu menata perasaan, dan terlalu sibuk dengan pekerjaan, saya “terlambat” untuk memulai penanganan terhadap keadaan Galang. Sehingga di usianya yg ke 8 bulan, dia blm bisa apa-apa, lehernya blm bisa tegak, dia belum bisa menyangga dirinya sendiri.  Beruntunglah saya mempunyai bapak mertua yang sangat sabar yang kebetulan berprofesi sbg fisioterapis di RSHS Bandung. Berdasarkan arahannya saya melatih otot-otot Galang agar dia bisa berkembang.  Latihan pertama yg saya lakukan adalah latihan untuk menguatkan otot leher.  Karena otot leher merupakan titik pertama keseimbangan tubuh. Bagaimana caranya?

Saya baringkan Galang di pangkuan, dan menyangga kepala Galang dengan tangan kiri. Lalu saya  pindahkan kepala Galang dari telapak tangan kiri ke telapak tangan kanan kemudian sebaliknya, begitu terus, hanya itu.  Setiap kali latihan tidaklah lama paling berkisar antara 2 - 5 menit, tapi sehari bisa beberapa kali melakukan latihan itu.  Entahlah setelah 2 minggu atau sebulan kemudian (saya lupa) baru ada perlawanan darinya, ketika kepalanya dipindahkan dari telapak tangan kanan, terasa berat karena dia mulai menahan kepalanya agar tdk dipindahkan. Ini berarti otot lehernya sudah mulai kuat.  Wah senangnya hati saya, sampai tertawa dan juga menangis sendirian.....

Bulan berikutnya, latihannya ditambah disamping latihan yg pertama yg tetap dilakukan.  Kali ini Bapak mertua meminta saya untuk membaringkan Galang di tempat tidur hanya sebatas kaki sampai bahunya saja, dgn posisi kepala menghadap ke bawah alias menggantung.  Saya hanya menahan badannya agar tidak terjatuh ke bawah.  Sepele ya? Tapi tidak buat Galang, buat dia ini adalah latihan yang sangat berat banget, otot lehernya dipaksa untuk berkontraksi menahan kepalanya agar tidak terkulai ke bawah. Baru 1 menit keringat sdh membanjiri tubuhnya, air liur, dan ingus gak berhenti mengalir seiring dengan tangisannya.  Mana ada sih ibu yang tega mendengarnya?  Tapi saya menguatkan hati untuk melawan hati kecil yg sebenarnya ingin menangis agar tetap melakukan latihan ini.  Sama seperti latihan yang pertama tadi.  Latihan ini pun saya lakukan antara 2 – 5 menit saja. Tapi kita jangan bosan melakukaknnya.  Dan juga kita harus “tega” melihat keadaannya dan mendengar tangisannya.  

Alhamdulillah hari demi hari Galang makin lama latihannya. Pada awalnya baru ditelungkupkan saja dia sudah menangis, mungkin dia merasa kesakitan karena otot lehernya dipaksa untuk berkonstraksi.  Hari demi hari dilalui terus dengan latihan ini, dan ada kemajuan berarti, sampai akhirnya dia baru menangis di menit ke 1, terus menit ke 2, menit ke 3 dst...  Dia mulai mau mengangkat kepalanya sebagai tanda otot lehernya semakin kuat, terus seminggu atau dua minggu kemudian dia bisa menolehkan kepalanya ke sebelah kiri atau kanan sehingga akhirnya lehernya sdh kuat walaupun tulang punggungnya masih lemas dan belum bisa menyangga tubuhnya. Saya lupa berapa lama melakukan latihan ini, menyesal saya tidak mencatatnya, karena ternyata sekarang hal ini baru terasa ada manfaatnya untuk membantu ibu-ibu lain yang punya problem serupa.

Tapi tahukah teman,sebelum kita melakukan terapi kepada anak, ada terapi pendahuluan yang  harus dan sangat penting dilakukan.  Yaitu terapi buat diri saya sendiri, bahwa saya harus bisa menerima keadaan anak saya.  Bapak mertua saya tidak menjelaskan kepada saya selama ini bagaimana keadaan Galang yang sebenarnya, sebelum saya sendiri merasa ringan untuk menerima keadaannya.  Terapi buat anak tidak akan memperoleh hasil yang maksimal kalau saya sendiri sebagai ibunya tidak bisa menerima dia apa adanya.  Tidak mudah memang, tapi percayalah bahwa justru setelah kita bisa menerima dia apa adanya, hati terasa lebih nyaman, dan bebanpun terasa lebih ringan.

Tips Seputar Menangani Anak Penyandang CP dan MR

Ini tips dan trik berdasarkan pengalaman pribadi, merawat dan membesarkan seorang anak yang selain menyandang CP - cerebral palsy (kerusakan syaraf otak) - jg menyandang MR - mental retardation (keterbelakangan mental).   Kenapa saya mempergunakan kata menyandang bukan menderita?   Untuk diketahui bahwa CP, autis, hiperaktif, down syndrome ataupun mental retardation bukanlah merupakan suatu penyakit, tetapi suatu keadaan dimana syaraf dan atau mental anak tidak maksimal perkembangannya.

1.  Menerima dan menyadari sepenuh hati bahwa anak adalah titipan Allah Swt. Tidak ada seorang ibu pun yang menginginkan anaknya menyandang CP, autis, hiperaktif, down syndrome apalagi dibarengi dgn mental retardation. Maaf ternyata kenyataannya tidaklah segampang mengucapkannya, termasuk buat saya.

2.  Harus cepat bisa menerima dia apa adanya.  Insyaallah kita jadi bisa berfikir lebih jernih dan rasional.  1 tahun cukuplah untuk bisa menata hati dan jangan terkurung dalam penyesalan, menyalahkan diri sendiri atau pihak lain, atau merasa diri tidak sempurna.  Anak kita memang berbeda, coba saja kalau dia jatuh ke llantai dengan kerasnya dia bukannya menangis tetapi tertawa, kalau dia merasa tidak suka atau marah dia lampiaskan kemarahannya itu kepada dirinya sendiri (ada yang menjedotkan kepalanya ke tembok), atau bersiaplah dengan gigitan dan cakarannya ke arah tangan, badan bahkan pipi kita.

3.  Gantilah pertanyaan seperti : “mengapa ini terjadi pada diriku?”, atau “apa salahku?”, karena ini akan membuang waktu dan energi anda.  Ada banyak kemungkinan mengapa hal tersebut bisa terjadi.  Dunia kedokteran pun belum mendapatkan jawaban yang pasti.  Saya sendiri disadarkan oleh suami yang pada waktu itu bilang : “ganti pertanyaannya dengan - apa yang harus kita lakukan, dan bagaimana caranya!!”

4.  Siapkan mental dan jangan biarkan air mata anda mengalir ketika mendengar jeritan dan teriakan serta tangisan anak ketika dia diterapi.  Sadarilah bahwa terapi merupakan langkah penting yang harus diambil walaupun hati kecil kita gak tega melihat prosesnya.  Terus ulangilah latihan tersebut di rumah agar otot anak anda makin kuat.  Karena di tempat terapi hanyalah 45 – 60 menit lamanya, dan tidak akan ada kemajuan bila di rumah dia tidak dilatih juga ototnya.

5.  Siapkan mental, tebalkan telinga, dan biasakan mata anda, karena akan begitu banyak pertanyaan dari saudara, teman, bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun, baik pertanyaan itu terucap ataupun tidak, tentang kondisi anak anda.  Biasakan anda menghadapinya, karena hal ini akan mengikuti terus kemanapun anda dan anak anda pergi, entah ke rumah sakit, mall, pusat perbelanjaan, pusat rekreasi, ataupun hanya jalan-jalan di sekitar kompleks perumahan anda.  Sering saya ucapkan ke pengasuh anak saya : ‘Oh, seperti begini ya kalau jadi Krisdayanti” gak apa-apa, anggap saja anda seorang superstar yang mendapatkan perhatian dari penggemar.

6.  Kalau memungkinkan, berhentilah bekerja.  Mengurus anak dengan satu masalah yang disandangnya (cerebral palsy) sangat menyita perhatian, apalagi kalau dibarengi dengan mental retardation.  Anak saya yg akhir Nopember 2010 berusia 13 tahun, layaknya anak umur 2 tahun yang terperangkap dalam tubuh seorang remaja, belum bisa bicara dan baru bisa berjalan, itupun tidak untuk waktu yang lama.  Kalaupun anda tidak bisa berhenti bekerja, carilah pengasuh yang benar-benar sayang sama anak anda.  Tentu hal ini berbanding lurus dengan biaya yang harus kita keluarkan untuk gaji seorang pengasuh, tetapi bukankah kita menitipkan harta yang lebih berharga yaitu anak?

7.  Jadikanlah diri anda seorang yang berani.  Jangan bergantung sama suami.  Agar hari libur bisa dijadikan hari untuk keluarga, gunakanlah hari Senin – Jumat sebagai hari terapi, berobat (baik medis maupun non medis).  Saya baru duduk di belakang setir untuk pertama kalinya ketika anakku yang penyandang CP ini berusia 5 thn.  Mungkin karena kebutuhan dan juga kenekatan saya, dalam jangka waktu yang singkat saya sudah harus memberanikan diri bawa kendaraan ke luar kota.  Pernah di perempatan Ciawi ke arah tol jagorawi mobil saya mengalami pecah ban.  Walaupun akhirnya saya bisa mengangkat ban serep, memasang dongkrak, tapi ternyata saya harus menyerah juga karena kenyataannya tenaga saya gak kuat untuk membuka sekrup di velg ban. Ada trik tertentu yg belum saya ketahui dan pelajari.  Alhamdulillah ada orang yang baik hati bersedia menolong saya.  Sekarang saya sdh bisa mengganti ban mobil sendirian walaupun membutuhkan waktu sekitar 20 meit.

8.  Berhematlah kalau bisa.  Mempunyai anak yang penyandang cerebral palsy dan mental retardation memerlukan biaya yang tidak sedikit.  Test laboratorium, biaya dokter spesialis, obat-obatan, biaya terapi yang mungkin akan dijalaninya seumur hidupnya, biaya obat alternatif, dan peralatan penunjang, seperti tidak ada habis-habisnya.  Mungkin perusahaan suami anda mengganti uang pengobatan sepenuhnya, tapi tidak ada perusahaan yang mengganti biaya untuk pengobatan alternatif, peralatan penunjang terapi, sepatu khusus, belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan bakar mobil.  Percayakah anda bahwa odometer mobil menunjukkan tiap harinya jarak yang saya tempuh lebih jauh dari jarak yang harus ditempuh oleh suami saya.  Maaf saya gak menggunakan sopir dan hanya memakai jasa pengasuh 1 orang, itu dilakukan untuk melakukan penghematan.

9.  Kemanapun anda pergi bawalah selalu minimal pakaian ganti anak, air di jerigen (untuk bersihkan bak, bab, atau muntah), kantong kresek, oxycan (oksigen di kaleng), makanan dan minuman anak, obat.  Karena pengalaman saya, anak saya bisa saja bab di tengah jalan tol (dulu jarang ada rest area, pom bensin pun berjauhan jaraknya), minta makan tetapi tidak menemukan rumah makan dengan makanan yang pas untuk dia, ataupun kejang di tengah perjalanan.

10.  Jangan pernah membandingkan keadaan anak anda dengan keadaan anak yang lain walaupun kedua anak tersebut sama-sama penyandang CP dan MR, karena belum tentu syaraf yang sama yang terserang, biasanya berbeda pula tingkat serangannya, maka berbeda pula efek yang diakibatkannya.

11.  Sayangilah pengasuh anak anda dan perlakukan dia seperti saudara kandung.  Karena sungguh sangatlah susah menemukan seorang pengsuh yang sayang dan mau mengasuh anak yang penyandang CP, autis, hiperaktif, down syndrome, apalagi jika dibarengi dengan mental retardation.

12.  Yang terakhir tetapi justru yang paling penting, serahkan semuanya kepada Allah Swt. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan memohon ampun kepadaNya.  Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.  Jadikanlah itu sebagai ladang amal anda.

Hal-hal di atas baru berdasarkan pengalaman pribadi saya.  Mungkin orangtua lain yang juga memiliki anak atau keponakan yang juga menyandang CP dan MR bisa berbagi.  Pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih kepada suami saya yang telah memberikan supportnya, yang tidak pernah marah ketika mobilnya tergores, bahkan penyok di sana sini oleh saya ketika saya belajar menyetir.  Semoga bermanfaat

Nyasar...... Gak Kepengen Lagi Deh !!!

Bagi warga Sukabumi yang bekerja di Jakarta, pasti sudah terbiasa dengan kemacetan yang tidak mengenal waktu dan selalu menyertai setiap kali menempuh perjalanan dari dan ke Jakarta - Sukabumi. Mulai dari lampu merah Ciawi, padat merayap sampai pertigaan Cikereteg, bahkan kadang sampai daerah wisata Lido. Belum lagi harus menghadapi kemacetan yang luar biasa di daerah Cicurug dan Cibadak, hal ini bisa membuat senyum menjadi sirna dari wajah.

Sejak usia anakku 5 tahun aku menempuh rute perjalanan itu, Dua tahun pertama seminggu sekali karena masih semangat, tahun ketiga dan keempat dua minggu sekali, tahun kelima mulai deh hanya menjadi sebulan sekali. Ngapain sih ke sana? Sudah tahu macet, masih juga dilakoni? Hanya semata-mata berjuang demi anakku. Penasaran? Insyaallah akan kuceritakan di waktu yang lain, karena pada saat ini ceritaku hanya mengenai satu hari saat aku menghindari kemacetan yang gak berujung... 

Jika pergi ke Sukabumi, aku pasti melakoninya di hari kerja, hanya untuk menghindari kemacetan yang biasanya lebih parah di hari sabtu dan minggu. Selain itu bukankah Sabtu dan Minggu merupakan hari untuk keluarga? Tapi ternyata di hari itu, walaupun hari kerja, kemacetannya parah sekali. Truk-truk pengangkut air mineral, tanah, pasir, batu alam, batu kapur, yang berjalan pelan seperti keong di setiap tanjakan tidak dapat kudahului karena dari arah berlawanan pun sama saja kemacetannya. Salahku juga sih, berangkat dari Sukabumi selepas sholat Ashar, sehingga sekitar pukul 17.30 saja baru sampai ddi daerah Ciherang (+/_ 2 km lagi baru deh daerah Cikereteg). Aku hanya berdua saja dengan anakku yang duduk di kursi penumpang depan. Agar kepalanya tidak terbentur pintu, kuselipkan 2 buah bantal di samping kirinya, sedangkan botol susu, minuman, dan makanannya ada di tempat yang terjangkau dengan tangan kiriku. Pengasuhnya harus menjaga rumah, dan juga menjemput adiknya pulang dari sekolah TK.

Tidak ada tanda-tanda kemacetan akan mencair, maju 2 meter, diam 5 - 10 menit, hal ini membuat anakku mulai rewel. Aku teringat akan jalan pintas yang diceritakan adik iparku sebelum aku berangkat tadi, bahwa kalau melewati jalan itu aku akan sampai di daerah Gadog. Jadi begitu sampai di pertigaan Cikereteg, tanpa banyak tanya aku langsung banting setir ke kanan sambil berdoa mudah-mudahan jalan pintas ini akan membuat perjalananku menjadi lancar.

Jalan pintas yang kutempuh ini jauh lebih lancar dibandingkan jalan raya utama yang kulewati tadi. Aku berharap cepat sampai di daerah Gadog, dan langsung menikmati mulusnya jalan tol Jagorawi. Tapi kenyataan gak seindah angan angan, aku terpaku, karena jalan itu ternyata buntu dan berakhir di sebuah pintu gerbang besar dengan plang besar pula di atasnya yang bertuliskan “Perkebunan Pancawati” Ada 2 orang bapak2 lg mengobrol di dekat pintu gerbang, setelah bertanya kepada mereka, aku memutar balik mobilku dan mulai mengamati sebelah kananku barangkali tadi ada persimpangan yang aku lewati. Tak lama kemudian di depanku ada mobil bak terbuka yang mengangkut sayur mayur berbelok ke sebuah jalan kecil di sebelah kanan. Aku berpikir bahwa mobil itu mungkin mau ke Pasar Induk Kramat Jati, jadi aku pun banting setir ke kanan mengikuti mobil bak terbuka tersebut. Kira2 10 menit kemudian mobil itu berhenti di sebuah rumah yang di terasnya bertumpuk berbagai macam sayuran, mungkin mobil itu masih mau menambah beban, jadi dengan tenang kudahului dia dan kulanjutkan perjalanan.

Awalnya perasaanku santai saja ketika mulai kurasakan bahwa jalan yang kutempuh makin lama makin mengecil, sampai akhirnya hanya pas untuk jalan satu mobil saja, rumah-rumah sudah mulai jarang, tapi aku masih terus memacu mobilku walaupun hanya bisa dengan kecepatan 20 km/jam. Sampai akhirnya kusadari bahwa dari belokan tadi itu hanya mobilku saja yang melewati jalan tsb. Aku belum pernah bertemu dengan mobil lain, bahkan motor sekalipun selain mobil bak terbuka pengangkut sayuran tadi. Hari sudah mulai gelap, lampu mobil sudah mulai membantu pandanganku, maghrib mungkin sudah lama lewat, rumah-rumah sudah lama menghilang, sawah dan kebun palawija sudah berganti dengan semak belukar dan pepohonan. Dan perasaan was-was pun mulai menyergap.

Aku tahu anakku sudah mulai mengantuk, tapi aku terlalu takut untuk berhenti, walaupun hanya untuk memindahkan dia ke bangku tengah – anakku saat itu tidak bisa tidur dalam posisi duduk, dia baru bisa tidur dengan posisi berbaring tertelungkup , biasanya aku pindahkan dulu dia ke bangku tengah dan kutunggu sampai tertidur baru jalan lagi -, aku hanya bisa menarik badannya agar tidak tambah melorot duduknya – mungkin karena otot-ototnya belum kuat, anakku tidak bisa memperbaiki posisi duduknya sendiri – Dua botol susu dan beberapa potong roti isi sudah dihabiskannya, tapi dia tetap rewel, maaf ya nak, ibu terlalu takut sehingga gak punya keberanian bahkan untuk sholat maghrib sekalipun. Yang bisa kulakukan hanya berdoa dan membaca surat-surat pendek sambil terus menyetir dan berharap bahwa jalan yang kutempuh tidak berujung di jalan buntu seperti sebelumnya, dan gak mungkin aku bisa memutar balik arah mobilku karena tidak cukup ruang untuk melakukannya. Satu-satunya pilihan yang kurasa rasional saat itu hanyalah jalan terus menyusuri jalan kecil itu dan menunggu ke mana jalan tersebut akan membawaku.

Berkali-kali suamiku menelpon ke hp dan bertanya “Ibu sudah sampai mana?” Aku hanya bisa menjawab dengan jawaban yang sama “masih di daerah Cikereteg, macet total, mobil gak bisa bergerak”. Aku gak berani berterus terang, karena itu hanya akan menambah beban pikirannya, dan diapun tidak bisa menolong aku bukan? Aku pun sdh berkali-kali menghubungi hp adik iparku itu, tapi selalu jawabannya “di luar jangkauan”. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa agar mobilku oke2 saja, bahwa aku dan anakku akan baik-baik saja, bahwa aku tidak akan bertemu dengan orang yang berniat jahat, bahwa aku akan bisa menemukan jalan untuk pulang.

Allah Swt memang Maha Pemurah, saat itu jam di tanganku sudah menunjukkan lama lewat dari pukul 19.00, sudah masuk waktu Isya, ketika dari kejauhan kulihat sorotan sinar lampu. Ya Allah terimakasih..., aku berharap di depanku akan kutemukan deretan rumah-rumah, dan lalu lalangnya mobil. Tidak dalam waktu yang lama jalan kecilku bermuara di sebuah jalan yang lebih lebar yang kulihat berbelok dari arah kiri ke arah depanku. Perasaan lega mulai hinggap di benakku, tapi aku masih tetap belum berani menghentikan mobil dan memindahkan anakku ke bangku tengah. Aku menyetir terus sampai jalan baru yang kutempuh itu sedikit demi sedikit menunjukkan bahwa di daerah tersebut ada kehidupan, jalan pun mulai ramai dilalui kendaraan, sampai akhirnya jalan itu bertemu dengan jalan utama arah Puncak, Aku tidak tahu apakah itu derah Cipayung, atau Mega Mendung. Yang kupikirkan saat itu adalah hanya menemukan tempat untuk berhenti sebentar dan menenangkan diriku. Ketika akhirnya mobilku aku parkir di pinggir jalan di bawah sebuah pohon, aku gak kuasa menahan isak tangisku sendiri. Lalu kupindahkan anakku dan kutidurkan dia di kursi tengah. Berkali-kali kubilang padanya “ Maafkan Ibu nak...maafkan ibu.....”

Setelah istriahat dan menata perasaanku, aku tidak mempedulikan perutku yang ternyata dari tadi minta diisi dan rasa lelah yang menderaku, langsung kupacu mobilku ke arah Jakarta dan baru sampai di rumah sekitar pukul 20.30. Sampai saat ini aku tidak pernah menemukan keberanian dalam diriku untuk melakukan napak tilas terhadap jalan itu, walau di siang bolong sekalipun. Aku takut tidak seberuntung waktu itu. Dan pada perjalanan berikutnya aku baru tahu bahwa ternyata aku salah mengambil jalan, ternyata jalan pintas yang dimaksud berjarak sekitar 2 km selewat pertigaan Cikereteg, dan memang jalan itu bermuara di pertigaan Gadog.

Bagaimanakah Perasaan Saya?

Banyak orang bilang sama saya, bahwa saya begitu sabar dan tegar mendapat titipan Allah Swt seorang anak dengan penyandang Cerebral Palsy dan Mental Retardation. Wah, jika mereka tahu yang sesungguhnya.......

Mereka tidak tahu, bahwa ketika pertama kali saya menyadari anak saya memiliki kekurangan, ingin rasanya saya sembunyi di suatu tempat dan tidak bisa diketemukan siapapun. Saya menghibur diri, bahwa anak saya tidak apa-apa, bahwa dia hanya terlambat saja perkembangan motoriknya, bahwa dia sebentar lagi pasti “sembuh”. Pertanyaan-pertanyaan seperti : “apa salah saya?”, “bagaimana bisa saya memiliki anak seperti itu?”, “mengapa ini terjadi pada diri saya” hampir tiap malam saya lontarkan pada diri sendiri. Saya sering mencari-cari apakah ada saudara dari kami yang dulu memiliki “penyakit” seperti itu sehingga turun kepada kami. Tetapi ketakutan saya yang paling besar adalah “rasa takut akan disalahkan oleh suami”. Bukankah saya yang mengandung anak itu sembilan bulan sepuluh hari lamanya? Jadi rasanya wajar kalau suami mau menyalahkan saya karena sayalah yang memberi dia nutrisi dan menjaga pertumbuhannya selagi masih berada di dalam kandungan. Sehingga akhirnya saya sering menyalahkan diri sendiri.

Waktu dinyatakan positif hamil, dokter sudah mengambil sampel darah saya untuk diuji kadar toxoplasma dan rubella, virus yang dapat membahayakan janin yang saya kandung dan hasilnya negatif. Masa kehamilan dilewati dengan nyaman saja, bahkan teman-teman menjuluki saya “hamil kebo” saking tidak pernah merasakan gangguan seperti yang biasa terjadi pada ibu-ibu hamil. Rasanya saya sudah melakukan hal yang terbaik buat janin saya. Semakin diingat semakin gak paham mengapa hal itu menimpa pada saya. Dan akhirnya hanya bisa menangis menyalahkan diri sendiri, mencari-cari jawaban atas segala pertanyaan yang berkecamuk di dalam hati.

Saya menamainya sebagai “masa penyangkalan” . Entah berapa kali saya menitikkan air mata sampai akhirnya sesenggukan. Sering banget ketika suami dan si sulung Bagas sudah terlelap, saya masih menerawang, mengingat-ingat barangkali ada yang terlewatkan, tapi tetap saya tidak menemukan jawaban.

Beruntung suami saya orang yang berbesar hati. Tidak pernah sekalipun dia mengeluarkan umpatan, celaan bahkan pertanyaan-pertanyaan yang saya takutkan akan terucap darinya. Ketika saya sudah mulai bisa berdiskusi tentang keadaan anak kami, dia mengatakan kalimat yang tidak akan bisa saya lupakan. “Bu, sekarang ganti pertanyaan-pertanyaan itu dengan pertanyaan ‘apa yang harus kita lakukan?”, dan “bagaimana caranya?”. 

Tahukah anda, perkataan suami saya di atas ternyata obat ajaib yang mungkin selama ini saya cari. Perasaan lega bahwa dia tidak berkeberatan untuk menerima kondisi Galang apa adanya seperti menghapus semua pertanyaan yang selama ini saya cari jawabannya. Jadi selama ini saya lah yang sakit. Saya lah yang ternyata belum bisa menerima dia apa adanya. Dan memang benar teman, obat yang paling mujarab adalah “menyadari dan menerima dia apa adanya, dan jangan menyalahkan siapa-siapa. Masa ini saya menamainya masa penerimaan.

Setelah itu mulailah kami memeriksakan kondisi Galang ke dokter spesialis endrokologi (hormon), dokter spesialis syaraf anak, dokter spesialis mata. Maka mulailah Galang menjalani berbagai macam pemeriksaan seperti uji darah untuk mengetahui kadar TORCH (TOxoplasma, Rubela, Cytomegalovirus, Herpes), CT Scan kepala, test BERA (pendengaran), EEG (rekam gelombang elektomagnetik otak). Hasil pemeriksaan adalah

- Dia positif terinfeksi virus cytomegalovirus dengan angka yang sangat akut. Virus ini menyerang dia sejak di dalam kandungan, dan jarang sekali ibu-ibu hamil terjangkit virus ini, biasanya virus ini menyerang syaraf otak.
- CT Scan menunjukkan ada cairan di kepala bagian depan
- Test BERA oke (berarti tidak ada masalah dengan pendengarannya)
- EEG : menunjukkan rekam gelombang elektromagnetik otak yang abnormal

Berdasarkan hasil pemeriksaan itu dokter menyatakan anak saya menyandang Cerebral Palsy dan Mental Retardation, dan dengan santainya dia bilang bahwa jika anak ini setelah diterapi bisa melakukan hal-hal yang sangat prinsip seperti makan sendiri, mandi sendiri, begitu saja sudah sangat bagus sekali..... Kata-kata yang sangat menohok ulu hati....., tapi tidak menjadi fikiran saya lagi, karena saya menyadari suami saya akan ikut berjuang dengan saya untuk kebaikan anak saya, yang saya namakan masa titik balik.

si tengah yang ganteng

Apa sih Cerebral Palsy itu??

Pengertian cerebral palsy
Cerebral palsy adalah sejumlah kelainan yang tampak pada tahun – tahun pertama kelahiran yang mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi gerakan tubuh. cerebral palsy dapat menyebabkan otot – otot menjadli lemah dan kaku.
Di eropa dan amerika, cerebral palsy terjadi kira 2 – 4 dari 1000 kelahiran. Bayi dengan kelahiran premature dan memiliki berat badan yang rendah memiliki resiko yang tinggi. Kelainan disebabkan karena luka pada otak yang terjadi akibat perkembangan yang tidak sempurna. Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan mendapat terapi yang benar maka akan membuat perkembangan anak menjadi lebih baik.

Penyebab cerebral palsy
Kebanyakan kasus cerebral palsy dipercaya disebabkan masalah yang terjadi sebelum bayi dilahirkan, meskipun beberapa kasus luka pada otak dan infeksi berhubungan dengan bulan atau tahun – tahun pertama kelahirannya. Dokter tidak selalu dapat menjelaskan penyebab utama kerusakan otak pada cerebral palsy. Penyebab yang kemungkinan besar dapat menyebabkan cerebral palsy adalah :

Infeksi
Cerebral palsy sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit infeksi yang terjadi ketika masih dalam kehamilan atau bulan – bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa jenis infeksi pada ibu yang kemungkinan menyebabkan cerebral palsy adalah rubella, varicella (cacar), cytomegalovirus, toxoplasmosis dan sifillis. Penyakit pada anak yang kemungkinan dapat menyebabkan cerebral palsy adalah meningitis (infeksi selaput otak dan saraf tulang belakang yang disebabkan bakteri) dan enchepalitis virus (infeksi otak oleh virus).

Abnormal sejak lahir
beberapa anak dengan cerebral palsy disebabkan karena perkembangan otak yang tidak sempurna ketika masih dalam kandungan. Dalam kebanyakan kasus, dokter tidak mengetahui mengapa hal ini bisa terjadi. Diduga mutasi gen yang berhubungan dengan perkembangan otak telah mencegah perkembangan otak yang normal. Paparan toxin, radiasi dan infeksi meningkatkan resiko kejadian ini.

Stroke
meskipun stroke berhubungan dengan kejadian pada orang tua namun mereka dapat terjadi pada segala umur termasuk sebelum kelahiran. Stroke terjadi ketika ada sumbatan pada plasenta sehingga aliran darah menujua bayi berkurang. Stroke dapat juga terjadi akibat malformasi atau pembuluh darah otak yang lemah pecah.

Ikterus berat
ikterus adalah hal yang umum terjadi pada bayi yang baru lahir, namun ikterus berat yang tidak diobati dapat membahayakan otak secara permanen dan dapat mengakibatkan cerebral palsy.

Faktor resiko cerebral palsy
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko cerebral palsy adalah :
  • Kelahiran premature. Kelahiran normal paling sedikit 40 minggu. Bayi yang lahir kurang dari 37 minggu sangat beresiko menderita cerebral palsy. Semakin muda usia kelahiran semakin beresiko menderita cerebral palsy.
  • Berat bayi lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat di bawah 2,5 Kg sangat beresiko menderita cerebral palsy.
  • Kelahiran bokong. Bayi yang lahir dengan posisi bokong sangat beresiko menderita cerebral palsy.
  • Bayi kembar atau lebih. Resiko cerebral palsy akan semakin meningkat ketika sejumlah bayi membagi uterus ibu.
  • Racun (bahan kimia). Bayi di mana ibunya terpapar racun atau bahan kimia seperti mercury selama kehamilannya sangat beresiko tinggi menderita cerebral palsy.
  • Kesehatan ibu. Ibu yang menderita masalah tiroid, keterbelakangan mental atau kejang sangat beresiko menderita cerebral palsy.
Gejala dan tanda cerebral palsy
Secara umum, anak – anak yang menderita cerebral palsy memperlihatkan tanda dan gejala yang bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Gejala dan tanda cerebral palsy dapat meliputi :
  • Otot yang tak terkoordinasi saat melakukan gerakan teratur (ataxia)
  • Kekakuan otot (spastisitas)
  • Gaya berjalan yang tak simetris atau tak berirama
  • Variasi tonus otot, mulai dari yang kaku hingga terkulai lemas
  • Air liur yang berlebihan atau kesulitan menelan
  • Tremor
  • Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, seperti menulis dan mengancingkan baju
Diagnosa cerebral palsy
Tanda awal cerebral palsy dapat tampak saat awal kelahiran. Tetapi tanda dan gejala yang ringan akan sulit didiagnosa sebelum usia 4 – 5 tahun. Dalam beberapa kasus, cerebral palsy didiagnosa pada umur 1 atau 2 tahun.
Tes diagnostik untuk membantu diagnosa cerebral palsy adalah CT scan dan MRI. Dengan CT scan dan MRI dapat memberikan gambaran yang jelas kondisi otak dan saraf tulang belakang. MRI dapat memperlihatkan gambaran otak lebih detail lagi selain itu membantu dokter untuk mencari penyebab dan prognosis cerebral palsy.

Pengobatan cerebral palsy
Anak – anak dengan cerebral palsy membutuhkan perawatan jangka panjang. Jenis pengobatan tergantung dari berat ringannya cerebral palsy.
Obat – obatan untuk cerebral palsy
  • Pelemas otot. Obat oral seperti diazepam, baclofen, dantrolen dan tizanidine merupakan pilihan pertama untuk melemaskan otot yang kaku.
  • Botulinum toxin type A (Botox). Injeksi toxin botulinum ke dalam otot yang mengalami spasme (kaku) juga membantu mengurangi spasme otot dan kontraktur yang sering terjadi pada cerebral palsy.
Obat herbal tradisional untuk cerebral palsy
Obat herbal atau obat tradisional yang dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala dari cerebral palsy adalah jus mengkudu. Jus mengkudu bermanfaat untuk kesehatan saraf termasuk untuk cerebral palsy

Disadur dari :
    http://dokter-herbal.com/cerebral-palsy.html